Featured Posts Slider

Cerita bergambar

Minggu, 30 Maret 2014
Korek-korek tanah pake sekop kecil





Azam mulai tertarik dengan dunia luar, masih belum bener jalannya. Banyak jatohnya dan ini Azam lagi gemes sama rumput

Salah Diagnosis part 2

Batuk Azam sembuh di hari ke 4 setelah minum obat begitupun demam Azam langsung sembuh setelah kemarin pulang dari Rumah Sakit. Obat flek paru yang di kasih dokter tetep diminum. Lewat dari sebulan kondisi Azam biasa aja. Ga ada keluhan apapun. Tetap lincah, sehat dan lari-lari seperti biasa. Ibu mulai mikir, kok Azam ga kayak anak yang sakit ya? heran, ibu bilang ke ayah. Kata ayah coba periksa lagi sapa tau salah. Tapi ibu ga lakukan itu Zam. Sampai akhirnya masuk minggu ke 5 ibu ke RS ngambil obat Azam. Di sana ibu ketemu pasien yang katanya kena flek paru juga. Kecurigaan ibu nambah. Kok anak ini kena flek paru juga? apakah ini sejenis wabah atau gimana? Selang beberapa hari setelah itu kita pergi ke rumah teman ibu, rencananya cuma pengen main-main. Sampai di sana ceritalah ibu tentang kondisi Azam. Dari teman ibu itulah ibu tau kalau diagnosis Azam belum tentu benar, sebab ada satu tes lagi yang ga Azam jalani seperti apa yang di terangkan teman ibu. Tante Susan, nama teman ibu, dia bilang anaknya juga kemungkinan kena flek paru tapi belum pasti sebab belum melewati mantoug test. Mantoug test ini adalah test yang dilakukan dengan cara suntikan. Kalau setelah 3 hari bekas suntikan itu akan berubah warna jadi merah seperti bisul, maka pasien dipastikan terkena flek paru atau TBC. Anak-anak dan orang dewasa hendaknya melewati test ini untuk memastikan ga bisa hanya lewat sample darah atau ronsen saja. Sehari setelah itu ibu bawa Azam ke RS yang lain. Kita ketemu dokter Evi yang tugas di spesialis anak RS Syafira. Di sana keterangan tentang flek paru semakin jelas. Azam langsung di test mantoug. Tiga hari setelah itu kita balik lagi ke RS tersebut sesuai saran dokter Evi untuk mengetahui hasil test mantoug yang Azam jalani sebelumnya. Alhamdulillah hasilnya negatif. Ibu bersyukur sekali Zam... lepas rasa kekhawatiran dan sedih ibu melihat Azam setiap hari kudu makan obat yang nyatanya ga ada sakit apa-apa di tubuh Azam. Mengenai berat badan Azam, dokter bilang mungkin karena faktor keturunan. Tapi dia suruh ibu tetap berusaha untuk menaikkan berat badan Azam. Saran dokter Evi Azam makan telur itik sehari 2 butir. Susu formula Azam di ganti dengan Pedia Sure dan minum vitamin penambah nafsu makan. Telur itik langsung ibu cari tapi susu sampai hari ini belum lagi di ganti. Ternyata Pedia Sure payah di cari. Tapi gak papa. Kata tante Susan semua sufor itu ga beda jauh kandungannya. Ga mesti itu. Tante Susan ngomong gitu berdasarkan pengetahuannya dan karena temennya dokter juga. Ibu jadi sedikit lega, susu Azam sekarang masih bebelac dan alhamdulillah Azam sedikit-sedikit udah mau minum susu, kan sebelumnya Azam sama sekali ga mau minum susu Zam. Mungkin karena keasyikan minum ASI :)

Salah Diagnosis

Kamis, 27 Maret 2014
Berat badan Azam payah naiknya, ibu gak tau apa penyebabnya. Dokter bilang mungkin faktor keturunan. Bisa jadi memang, soalnya ayah memang kurus sementara ibu juga gak tinggi, pendek yang diperhalus, hehehheh. Seringkali orang-orang disekitar kita menanyakan soal berat badanmu. Aneh ya Zam, kenapa harus dibandingkan dengan anak-anak lain. Sementara bukan hal aneh kalau tiap anak memang beda-beda pertumbuhannya. Ibu makin terjepit waktu Azam kena demam selama 1 minggu di tambah batuk sampe hampir 3 minggu. Obat demam sudah habis 1 botol, obat batuk sudah masuk botol ke 3. Tapi belum ada tanda-tanda akan sembuh. Memang sih demam Azam hanya 4 hari. Selebihnya panas sedikit dengan suhu 37,5-38, itupun naik turun. Tapi justru kondisi naik turun itu yang bikin ibu risau. Masuk hari ke 6 ibu putuskan Azam ke rumah sakit. Karena demam sudah lewat 4 hari Azam harus di ambil sample darah dan ronsen siapa tahu batuk panjang itu ada efeknya ke paru-paru Azam. Menunggu dokter yang akan meriksa Azam butuh kesabaran lebih Zam. Dan setelah hasil di terima lebih terasa berat lagi ibu rasakan. Dokter yang meriksa Azam memutuskan Azam terkena flek paru atau bahasa lainnya TBC. Tuhan, ibu sempat gak percaya dan terdiam lama. Mana mungkin anak sekecil Azam yang baru berusia 2 tahun kena flek paru. Ibu akhirnya nyinyir, curhat tentang kondisi Azam sembari meyakinkan hati agar diagnosis dokter itu salah. Malang, dokter itu nggak mau dengerin curhat ibu. Dia cuma bilang, cerita ibu yang panjang lebar tapi karena Azam kena flek paru. Harus diobati selama 6 bulan. Kalau nggak sembuh akan dilanjutkan menjadi 9 bulan. What.. 9 bulan? fyuuh, ibu akur Zam. Apa boleh buat dokter sudah mengatakan kalo Azam kena flek paru. Jadi pengobatan awal akan kita lakukan. Dokter memberi Azam tiga jenis obat yang berbeda untuk di minum setiap pagi sebelum sarapan. Hari pertama, ibu semangat ngasih obat berharap Azam cepat sembuh. Hari kedua pun begitu. Dan selanjutnya. Sampai habis pengobatan di bulan pertama, ibu mulai curiga.