Azam, Cita-citanya Ingin Jadi Tentara

Jumat, 20 Oktober 2017
Bagaimana membimbing anak meraih cita-citanya


Cita-cita, bagi seorang anak menyebutkan cita-cita mereka semudah mengatakan lolipop atau cake coklat.  Tidak terfikir bagaimana cara meraihnya.  Apa yang harus dilakukan dan bagaimana jika ternyata tidak kesampaian. Pokoknya, apa yang mereka lihat itu terasa keren, mereka ingin jadi seperti itu.  Sederhana.

Seperti yang terjadi pada Azam.  Keinginan untuk jadi tentara sudah tercetus sejak dia berusia empat tahun. Awalnya karena ada acara pawai di sekolah. Masing-masing anak di suruh memilih mau pakai kostum apa.  Sebagian anak lelaki memilih kostum polisi,  pilot,  dokter dan tentara.  Ketika itu dimata Azam kostum tentara terlihat keren ditambah lagi pernah beberapa kali dia melihat pasukan tentara sedang apel pagi di markas besar Baterai R di dekat rumah.  Ada mobil tank,  ransel,  dan perlengkapan tentara lainnya yang sengaja dipajang di lapangan. Azam takjub melihat mereka sigap mengikuti arahan komandan upacara.

Sesampainya di rumah mulut mungilnya tak berhenti ngoceh tentang betapa hebatnya tentara yang dilihat tadi.  Mereka tinggi-tinggi, berkulit gelap dan laki banget.  Jadi karena Azam laki-laki dia langsung bilang "Bu, Azam mau jadi tentara"
"Oke,  Bos! "
Jawab saya, selalu jika dia mengeluarkan perkataan yang tegas.  Namun,  apakah setelah itu dia konsisten setidaknya memegang kata-katanya untuk jadi tentara?

Cita-cita yang berubah sewaktu-waktu ketika melihat pasukan Pemadam Kebakaran dia mendadak ingin jadi pemadam kebakaran. Lihat pilot keluar dari pesawat di bandara, spontan pingin jadi pilot sampai ketika melihat pak pembalap Rossi mendadak pingin ngebut di sirkuit atau bahasa simplenya "jalanan".

Dari semua cita-cita yang dia inginkan mana yang ingin difokuskan? Nah ini baru pe er untuk orang tuanya. Ya, saya sendiri.

Bagaimana menggiring anak untuk meraih cita-citanya?

Kebanyakan orang tua ingin anaknya memiliki cita-cita yang dirasa hebat misalnya dokter, pilot, polisi dll. Salah? tidak. Setiap orang tua ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Mutlak ini. Namun yang perlu diperhatikan sebenarnya anak ini senengnya kemana, apakah ketika dia mencetuskan ingin jadi polisi tapi ternyata fisiknya tidak kuat lalu kita memaksakannya? Aduh jangan ya, Mak.

Karena seperti yang saya katakan tadi mereka menyebut cita-citanya mudah sekali. Maka ketika kita sebagai orang tua melihat ternyata si anak memiliki bakat yang lain sebaiknya giring dia pelan-pelan untuk mempertajam bakat itu. Misalnya, ternyata si anak seneng banget ke dapur, bantu-bantu motong sayur atau ngaduk adonan. Ketika dia menunjukkan antusiasnya ke urusan masak memasak bukan tidak mungkin bahwa bakatnya ada di kuliner.

Banyak kasus yang saya lihat, ketika kecil kesenangannya akan musik sangat kuat. Dia bisa hafal menekan tuts piano dan menghasilkan nada yang baik. Namun karena repot dengan urusan sekolah akhirnya bakat yang sebenarnya sudah terlihat itu perlahan sirna seiring dengan waktu dan kesibukannya dengan berbagai mata pelajaran di sekolah.

Diperlukan kelapangan hati untuk menerima bakat seorang anak walaupun ternyata tidak sama seperti keinginan kita. Atau tidak sama seperti apa yang pernah dia cita-citakan dulu. Anak dengan sendirinya akan menemukan apa yang disukainya ketika dia masih kecil dan jika apa yang disukainya itu ditekuni maka dengan sendirinya itulah nanti yang akan menjadi cita-citanya.

Jadi sebenarnya kamu ingin Azam jadi apa Mak? 



Post Comment
Posting Komentar